Melatih si kecil menggunakan toilet dan meninggalkan kebiasaannya menggunakan popok merupakan salah satu hal menantang yang harus dilalui oleh setiap orangtua. Sayangnya, sebagian orang tua kurang menyadari kapan waktu yang tepat untuk mulai membiasakan anak berhenti menggunakan popok lagi. Padahal, proses memahamkan anak tentang toilet training ini membutuhkan waktu yang lama, kesabaran yang ekstra juga trial and error yang bisa terjadi berulang kali. Karenanya, makin baik pengetahuan ayah bunda tentang toilet training, makin mudah mengupayakannya. Jangan sampai terlambat ya..^-^
Pastikan balita siap. Sebagian besar anak menunjukkan tanda-tanda kesiapannya di usia antara 18-24 bulan, namun ada beberapa anak yang lebih awal atau lebih lambat dari itu. Biasanya anak laki-laki membutuhkan waktu yang sedikit lebih lama untuk mempelajari toilet training dibandingkan anak perempuan. Yang terpenting adalah dianjurkan agar orang tua mengenali tanda-tanda kesiapan buah hatinya. Umumnya balita bisa diajak toilet training setelah otot-ototnya mulai dapat mengontrol kandung kemih, ditandai dengan popoknya yang kering selama 2-3 jam. Kesiapan iniditunjang dengan kemampuannya untuk dapat duduk tegak, membuka-memakai celana, memahami intruksi sederhana dan sudah bisa mengatakan keinginannya.
Biasakan kegiatan kamar mandi. Mulai kenalkan dan biasakan ia buang air kecil dan besar di pispot atau potty chair. Biarkan ia merasa nyaman menggunakannya. Ceritakan secara sederhana cara buang air kecil dan besar serta proses memakai pispot atau toilet, jelaskan tentang alat kelamin dan fungsinya, dan belikan ia celana dalam sebagai ganti dari popoknya sehingga dia merasa sudah cukup besar.
Anda pasti bisa mengenali kapan si kecil merasa ingin buang air kecil. Bila sudah terlihat tanda-tanda ia ingin buang air, ajak si kecil ke toilet. Meskipun dia belum akan pipis, tapi kamar mandi akan mengingatkan ia serta memberi sugesti untuk buang air kecil. Jika ia terlanjur mengompol di celana, jangan pernah memarahinya, tapi ajaklah ke toilet untuk membersihkannya, agar ia bisa mengerti bahwa kotoran harus segera dibersihkan dan dibuang ke toilet.
Atur jadwal. Mengatur asupan cairan dan makanan ke tubuh balita diperlukan untuk mengatur interval ke kamar mandi. Amati jadwal siklus buang air kecil dan besarnya, misalnya ia biasa pup sekitar jam 9 pagi dan pipis 1 jam sekali. Siklus pipis dan bab ini memudahkan Anda mengajaknya menyalurkan dorongan bak dan bab di tempat dan waktu yang tepat. Bangun juga kebiasaan-kebiasaan kecil untuknya, misalnya saat ia baru bangun tidur dan akan tidur, ajaklah ia untuk pergi ke toilet dulu. Hal ini akan menjadi rutinitas baru baginya.
Konsisten. Pastikan pula anggota keluarga lain mampu secara konsisten melaksanakan pelatihan yang Anda terapkan bila anda sedang tidak bersama si kecil. Beri informasi lengkap dan detil mengenai kebiasaan dan jadwal pipisnya. Konsisten membimbing balita akan membuatnya cepat paham dan makin terampil memakai toilet.
Pakai cara seru. Lambungkan kreativitas Anda untuk mengajak balita melakukan toilet training agar lebih seru. Anda dapat memasang memasang papan target untuk balita menempel stiker tanda berhasil memakai pispot/toilet dengan benar. Atau menempatkan boneka favorit sebagai teman ketika pipis atau pup agar ia gembira dan selalu bersemangat melakukan toilet training.
Beri pujian. Hadiahi dengan pujian ketika ia berhasil melakukan pipis dan pup dengan benar, karena hal tersebut akan membuatnya merasa senang dan semakin termotivasi. Jadikan toilet training sebagai sesuatu yang penting dan terbaik dalam hidupnya. Kalaupun terjadi ‘kegagalan’ hindari untuk menghukumnya. Wajah marah dan kecewa Anda, hanya akan membuatnya takut dan malah lebih sering tidak mau mengatakan bahwa ia ingin pipis atau pup.
Usahakan Tetap Santai dan Tidak Emosi. Jangan terlalu menekan si kecil agar lulus toilet training secepatnya. Jika ia melakukan kesalahan, jangan pernah memarahinya, karena sebagai orangtua harus bisa mengerti dan memahami anak ketimbang memberikan perintah-perintah.