Pernah merasa kesulitan nafas atau jantung yang berdebar tanpa bisa dikontrol. dalam dunia kedokteran, sesak nafas disebut dyspnea, sedangkan jantung yang berdebar disebut palpitation. tulisan ini adalah tugas saya waktu belajar sistem kardiovaskular. semoga bermanfaat..
Dyspnea
Dyspnea : Pernafasan yang disadari akibat adanya rasa tidak nyaman. Ini biasanya merupakan gejala yang muncul pada penyakit jantung dan paru-paru, dan mungkin juga berasal dari efek neurologis, masalah dinding dada, dan anxiety.
Diagnosis banding dyspnea
Gangguan jantung (mekanisme edema paru). Ini dapat terjadi akibat :
– Gangguan katup jantung (regurgitasi atau stenosis katup mitral atau aortic)
– Disfungsi sistolik ventrikel kiri (cardiomyopathy ischemic dan non-ischemic)
– Disfungsi diastolic ventrikel kiri (hipertropi ventrikel kiri, ischemia myocardial akut. Cardiomyopathy infiltrative)
– Penyakit pericardial (konstriksi pericardial atau tamponade)
Gangguan jantung yang menyebabkan dyspnea merupakan efek dari adanya kelainan pada saluran trakeobronchial, perdarahan paru-paru, atau pleura. Hal ini meliputi :
– Pneumonia
– COPD
– Asthma
– Emboli paru
– Pneumothorax
– Fibrosis paru
– Hipertensi pulmonary
– Efusi pleura
– Obstruksi saluran nafas
– Paralysis diafragma
Dyspnea juga merupakan gambaran klinis dari anemia, hipertiroidism, obesitas, gangguan neuroogis, yang mempengaruhi otot pernafasan, dan anxiety.
Manifestasi klinis
Anamnesa
Onset dyspnea :
Tiba-tiba : angina, edema paru, pneumothorax dan emboli paru.
Lambat : COPD, efusi peura, anemia, dan gagal jantung kronis.
Gambaran klinis lain yang menunjukan penyebab spesifik dyspnea ;
– Chest pain (angina, myocardial infarction (MI), pneumonia, emboli paru, pneumothorax)
– Batuk (pneumonia, bronchitis, asthma)
– Demam (pneumonia, bronchitis)
– Hemoptysis (emboli paru, bronchitis)
– Riwayat merokok (COPD)
– Faktor resiko jantung (angina, MI)
– Trauma dinding dada (pneumothorax)
Pola dyspnea :
– Dyspnea seringkali dipicu oleh aktivitas berat yang tidak bergantung pada penyebabnya.
– Dyspnea yang terjadi saat istirahat biasanya mengindikasikan adanya penyakit jantung atau paru-paru yang parah.
– Paroxysmal nocturnal dyspnea menunjukan adanya gagal jantung kiri. Ini biasanya terjadi 2-4 jam setelah tidur dan membuat pasien harus duduk dan beranjak dari tempat tidur untuk mengurangi rasa sakit.
– Orthopnea merupakan salah satu gejala gagal jantung yang sering muncul, tapi bisa juga terjadi karena adanya gangguan paru.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada pasien yang mengalami dyspnea biasanya menunjukan adanya tachypnea.
Pasien juga biasanya mengalami sianosis, menunjukan kurangnya oksigenasi atau rendahnya cardiac output.
Pada pasien dengan penyakit jantung yang menyebabkan dyspnea, pemeriksaan akan menunjukan adanya gangguan katup jantung (murmur, bukaan pada mitral stenosis, lebarnya pulse pressure pada regurgitasi aorta) atau adanya gagal jantung kongestif (S3, rales paru, peningkatan JVP).
Pasien dengan pneumonia mengalami demam dan adanya ciri khas yang ditemukan pada paru-paru, seperti pada pasien COPD, terdapat penurunan jumlah udara yang masuk dan wheezing.
Rendahnya suara nafas mengindikasikan adanya efusi pleura atau pneumothorax, sementara rub pleura mengindikasikan adanya pleuritis yang dikaitkan dengan emboli paru atau pneumonia.
Wheezing yang terdengar pada gagal jantung atau bronchospasm menunjukan adanya obstruksi saluran nafas atas.
Evaluasi diagnosis
Tes awal untuk hampir semua pasien adalah chest X-ray. Hal yang bisa kita temukan adalah :
– Pneumonia (infiltrasi focal)
– CHF (Kerley B lines, vascular cephalization, cardiomegaly, edema paru)
– Efusi pleura (sudut costophrenic tumpul)
– Pneumothorax (mediastinal shift, hilangnya marking paru)
– Emboli paru (infiltrasi perifer, hilangnya marking vascular)
– COPD (hiperinflasi, perubahan bullous)
– Cardiac tamponade (siluet jantung yang besar, “water bottle”-shaped)
Jika dyspnea dikaitkan dengan nyeri di bagian dada atau pasien diperkirakan mengalami penyakit jantung koroner, ECG sebaiknya dilakukan untuk mengeksklusi kejadian ischemia sebagai penyebab.
Dyspnea akibat gangguan jantung dapat dievaluasi dengan echocardiogram untuk mengevaluasi fungsi systole dan diastole ventrikel, dan untuk mengeksklusi adanya gangguan katup jantung.
Pemeriksaan CBC sebaiknya diperoleh untuk mengevaluasi adanya anemia.
Analisis gas darah arteri jarang dilakukan untuk mendiagnosis, tapi biasa digunakan untuk menilai fungsi fisiologi dan keparahan penyakit.
Peningkatan BNP pada dyspnea akut menunjukan adanya CHF.
Dyspnea yang berkaitan dengan gangguan paru dapat dipastikan dengan PFTs.
CT scan dapat membantun mengevaluasi pasien dengan kemungkinan penyakit paru interstisial atau emboli paru, yang kemudian dipastikan dengan scan ventilasi dan perfusi paru.
Penyebab dyspnea | Penyebab spesifik | Tes diagnosis |
Jantung | CHF/edema paru Ischemia Gangguan katup (AS, AI, MS, MR) Pericardium (konstriktif, tamponade) Penyakit jantung restriktif (penyakit jantung infiltrative atau hipertropik) | CXR, echocardiogram, metabolic stress test, BNP ECG, exercise stress test Echocardiogram Echocardiogram Echocardiogram |
Paru-paru | COPD Asthma Pneumonia Efusi pleura Emboli paru Pneumothorax Fibrosis paru Hipertensi pulmonary Obstruksi saluran nafas | CXR, PFTs PFTs, methacholine challenge CXR CXR V/Q scan, spiral CT scan, PA angiogram CXR CXR, CT scan resolusi tinggi Echocardiogram, PA cateter CXR, PFTs, bronkoskopi |
Lain-lain | Anemia Hyperthyroidism Paralysis diafragma | Hematokrit TSH PFTs, CXR |
Palpitasi
Palpitasi adalah detak jantung yang disadari secara subjektif dan biasanya terjadi karena adanya perubahan irama dan laju jantung, atau perubahan kekuatan kontraksi jantung.
Etiologi
Penyebab utamanya adalah aritmia, efek obat, dan gangguan psikiatrik
Klasifikasi : Aritmia adalah penyebab utama, bisa berupa takikardia supraventrikel (SVT) atau ventrikel (VT) dan kontraksi premature atrium (PAC) dan ventrikel (PVC). Pola palpitasi juga dapat mengerucutkan penyebabnya. Pasien yang memiliki ritme jantung dengan ritme jantung yang cepat dan teratur disebut sinus takikardia, SVT, atau VT, sementara ritme cepat yang tidak teratur menunjukan adanya fibrilasi atrium (AF) atau detak jantung premature.
Atrium/supraventrikel | Ventrikel | |
Cepat, teratur (Tachycardiac) | Tachycardia supraventrikular (SVT) – disertai pingsan – pounding à AV nodal reentrant tachycardia (AVNRT) | Tachycardia ventrikel (VT) |
Cepat, tidak teratur (fibrilasi/kontraksi premature – “Missed beat” atau “flip-flop” | Kontraksi premature atrium (PAC) | Kontraksi premature ventrikel (PVC) |
Manifestasi klinis
Anamnesa
Sensasi : fluttering, skipping, racing, atau pounding
Gejala penyerta : pusing, nyeri kepala, atau dyspnea
Laju yang sangat lambat menunjukan sinus bradicardia atau heart block.
Palpitasi yang dipicu oleh aktivitas ringan menunjukan adanya gagal jantung, gangguan katup, anemia, thyrotoxicosis, atau jarang berolahraga.
Banyak perempuan muda dengan SVT salah didiagnosis dengan panic atau anxiety disorder sebagai penyebab palpitasi.
Riwayat konsumsi kafein berlebihan atau kokain bisa menyebabkan SVT atau PAC.
Pemeriksaan fisik
Melakukan pemeriksaan fisik pasien dengan keluhan palpitasi biasanya membuat kita menemukan gejala lain, seperti :
– Murmur (gangguan katup jantung)
– Peningkatan JVP, rales (gagal jantung)
– Pembesaran kelenjar thyroid (thyrotoxicosis)
Cardiac | Tachyaritmia Bradiaritmia Gangguan katup jantung Impantasi pacemaker Cardiomyopathy (dilatasi atau hypertropi) |
Gangguan metabolic | Thyrotoxicosis Hypoglycemia Pheochromocytoma Ketidakseimbangan elektrolit (hiper-hipokalemia, hipomagnesemia |
Obat | Agen simpatomimetik (theopyline, albuterol) Vasodilator Cocaine Amphetamine Kafein Nikotin |
Psikiatrik | Panic attack Gangguan anxiety Depresi Tekanan emosional |
Lain-lain | Kehamilan Anemia demam |
Evaluasi diagnosis
Gambaran EKG :
Sindrom pre-eksitasi (PR interval pendek, gelombang delta)
Cardiomyopathy (gelombang Q, hipertropi ventrikel)
Gangguan katup jantung (hipertropi ventrikel, pembesaran atrium).
Echocardiogram sebaiknya dilakukan untuk memastikan jenis gangguan jantungnya.
Kadar TSH dalam darah dilakukan untuk mengeksklusi hipertiroidism sebagai penyebab.